Tyra Banks, seorang model, pernah bercerita dalam salah satu acara televisi tentang bagaimana ia mulai menekuni dunia modeling. Saat itu, Tyra yang masih berstatus sebagai pelajar sedang duduk di sebuah bangku stasiun bersama ibunya ketika seseorang menghampiri mereka. Setelah menyapa, orang tersebut memandang Tyra sambil bertanya, “Have you ever think to be a model?”
Sebuah kalimat orang asing yang ternyata melekat di benak Tyra. Hingga suatu hari Tyra yang sebenarnya memang menyukai dunia modeling mengutarakan keinginannya kepada sang ibu bahwa ia ingin serius menjadi model. Ibunya yang seorang fotografer semula kurang mendukung karena Tyra masih belum tamat bersekolah, akhirnya mendukung keinginan putrinya. Dah lihatlah sekarang. Tyra Banks telah berhasil menuliskan namanya dalam jajaran model papan atas di negaranya.
Kadang cukup diperlukan satu kalimat dukungan dari orang lain sebagai pembenaran atas apa yang ingin kita lakukan. Menurut saya, Tyra Banks beruntung bertemu orang yang mengucapkan hal positif tentang dirinya seperti itu.
Saya jadi berpikir, sadar atau tidak apa yang orang lain ucapkan kepada kita bisa begitu berpengaruh, baik ucapan positif maupun negatif. Bayangkan bagaimana jika yang mengucapkannya adalah orang-orang yang memiliki hubungan dengan kita, baik itu hubungan emosi, keluarga, atau bahkan sekadar hubungan kerja. Saya yakin dampak dari sebuah ucapan akan jauh lebih besar lagi.
“Kamu pinter nyanyi”, “Kamu pasti bisa selesai sebelum deadline“, “Kamu nggak bagus di pelajaran matematika”, “Kamu nggak bakat melukis”, “Kamu nggak pernah beres ngerjain tugas kamu”, dan lain-lain.
Seberapa sering kita mendengar ucapan itu? Atau bahkan kita sendiri sering mengucapkannya tanpa sadar kepada teman, saudara, anggota tim, anak, atau pasangan kita?
Sebagai orang dewasa tentu saja kita memproses lebih dulu hal-hal yang orang lain ucapkan tentang kita. Tetapi tahukah? Jika hal itu terus-menerus diucapkan, bukan tidak mungkin kita akan mulai memercayainya. Sadar atau tidak kita mulai memberi izin kepada orang lain untuk menetapkan batasan-batasan tentang diri kita. Tentang apa yang mampu dan tidak mampu kita lakukan.
Saya yakin tiap orang memiliki kemampuan luar biasa yang berbeda-beda. Sebagian orang sudah menemukannya, sebagian lainnya masih mencari. Bukankah tidak ada satu pun yang Allah ciptakan dengan sia-sia?
Just… keep looking where we are good at. Bagaimana kita tahu sudah menemukannya? Ada sebuah quote dari Steve Jobs yang saya suka, “As with all matters of the heart, you’ll know when you find it”.
Kita yang mengetahui bagaimana kemampuan kita, maka kita pula yang seharusnya menciptakan batasannya, bukan orang lain. Lalu sedikit demi sedikit kita perlu men-challenge batasan yang pernah kita tetapkan sebelumnya. Bisakah kita lampaui? Bisakah kita menetapkan batasan baru yang lebih tinggi? Hingga suatu saat batasan itu tak lagi ada. Bukan menghilang, tetapi berubah menjadi sebuah ruang. Ruang bagi kita untuk terus memperbaiki diri.
Bukankah orang-orang yang beruntung adalah yang selalu lebih baik daripada sebelumnya?
*******
– pim 291115 –
#ArisanNulis #Week9 #Batas
*foto diambil dari macrophotoz.com